cover
Contact Name
Dedi Mulyadi
Contact Email
d3dimulya@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
riset.geotek@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
Jurnal RISET Geologi dan Pertambangan
ISSN : 01259849     EISSN : 23546638     DOI : -
Core Subject : Science,
RISET (Indonesian Journal of Geology and Mining) welcomes article submissions dealing with Geology; Applied Geophysics; Mining.
Arjuna Subject : -
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol 27, No 2 (2017)" : 10 Documents clear
PERHITUNGAN NERACA AIR DAS CIDANAU MENGGUNAKAN METODE THORNTHWAITE Priyo Hartanto
JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol 27, No 2 (2017)
Publisher : Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (827.72 KB) | DOI: 10.14203/risetgeotam2017.v27.443

Abstract

Daerah aliran sungai (DAS) Cidanau yang terletak di Kabupaten Serang mempunyai nilai strategis sebagai penyedia air untuk kawasan industri Kota Cilegon dan Kabupaten Serang. Perhitungan neraca air Cidanau diperlukan untuk mengetahui kemampuan dalam mencukupi kebutuhan air di wilayah tersebut. Metode Thornthwaite dipakai untuk menghitung neraca air berdasarkan atas pasokan (input) dan luaran air (output) dalam rentang waktu tertentu. Perhitungan dengan metode ini didasarkan atas kecukupan data klimatologi, jenis tanah dan tutupan lahan. Hasil perhitungan menunjukkan surplus air selama tujuh bulan dari bulan Januari sampai Mei dan Nopember sampai Desember sebesar 896,4 mm/tahun. Dengan luas DAS Cidanau 22.322 ha, maka total air yang masih tersedia sebesar 177,4 juta m3/tahun. Cidanau River Basin area, which is located in Serang Regency, has a strategic value as the water supply for Cilegon and Serang industrial estate. Water balance analysis of this area is necessary to recognize its capacity in fulfilling water demand of the area. In this study, we used Thornthwaite method to calculate the water balance, which is based on water input and output within a certain time range. This calculation method depends on the adequacy of climatological data, soil type, and land cover. The result has indicated that water surplus occurred in January to May and November to December as much as 896,4 mm/year. As the covered area is 22,322 ha, the total available water of this river basin is 177.4 million m 3 /year
EKSPLORASI GAYABERAT UNTUK AIRTANAH DAN TOPOGRAFI BATUAN DASAR DI DAERAH SERANG, BANTEN Lina Handayani; Dadan Dhani Wardhana
JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol 27, No 2 (2017)
Publisher : Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1222.501 KB) | DOI: 10.14203/risetgeotam2017.v27.295

Abstract

Pemetaan bawah permukaan diperlukan sebagai acuan dasar dalam kajian sumberdaya alam di daerah Serang, yang merupakan salah satu daerah dengan pertumbuhan industri dan populasi yang sangat pesat. Sebagai tahap awal dalam kajian regional, survey gayaberat dilakukan untuk memetakan anomali gayaberat di Kota Serang dan sekitarnya. Gayaberat diukur pada 204 titik pengamatan di Kota dan Kabupaten Serang dengan jarak antara titik kurang lebih sejauh 1 km. Dari hasil pengukuran diperoleh peta anomali gayaberat Bouguer yang menunjukkan setidaknya tiga kelompok anomali. Sisi barat (Kota Serang ke selatan) memiliki anomali gayaberat tinggi, sisi timur (Ciruas) memiliki anomali gayaberat rendah, dan sisi utara (hingga kepantai utara) memiliki anomali gayaberat sedang. Pemodelan bawah permukaan berdasarkan data anomali gayaberat tersebut menunjukkan adanya cekungan pada batuan dasar di sekitar Serang dan Tanara, yang diapit oleh  tinggian batuan dasar di sisi barat dan timurnya. Kondisi batuan dasar demikian akan mempengaruhi keberadaan akuifer dan kemungkinan arah aliran airtanah. Subsurface mapping is required as a basic reference in the study of natural resources in Serang area. The Serang City and County are one of the areas with rapid industrial and population growth. In this preliminary study, a gravity survey was executed to map gravity anomaly of the area. The gravity field was measured at 204 stations in Serang City and County, with approximately 1 km distance between two stations. The result is a Bouguer anomaly gravity map that classified the region into 3 (three) units.  The western part of study area, which includes Serang City to south, has a high gravity anomaly. The eastern part (Ciruas region) has a low gravity anomaly. And the northern part (to the north coast) has a moderate gravity anomaly. Subsurface modeling indicated a presence of shallow basin at the bedrock beneath the east part of Serang, flanked by ridges on the west and the east sides. Such bedrock topography condition would affect the origin of aquifers and possible flow of groundwaters.
DINAMIKA LINGKUNGAN PENGENDAPAN DELTA KALIGARANG, SEMARANG Karina Melias Astriandhita; Winantris Winantris; Budi Muljana; Purna Sulastya Putra; Praptisih Praptisih
JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol 27, No 2 (2017)
Publisher : Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (846.438 KB) | DOI: 10.14203/risetgeotam2017.v27.485

Abstract

Delta Kaligarang terletak di Utara Pesisir Semarang. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui dinamika lingkungan pengendapan yang terjadi di Delta Kaligarang, Semarang melalui analisis ukuran butir, material organik dan inorganik dari sembilan puluh contoh sampel. Hasil yang diperoleh menunjukkan adanya dua lingkungan pengendapan berdasarkan karakteristik sedimentologi (besar butir dan organik) yakni lingkungan energi relatif rendah (suspension load) dan lingkungan berarus turbulen (tidal). Selain itu, juga terdapat kenaikan nilai material organik dan inorganik, yang disertai adanya perubahan besar butir. Terlihat bahwa lapisan pada kedalaman 0-31 meter mengalami kenaikan nilai organik, seiring dengan besar butir yang berukuran silt. Hal tersebut berbeda dengan lapisan pada kedalaman 32-45 meter, di mana terdapat perselingan satuan batuan silt dan sand, serta nilai material organik turun.Kaligarang Delta is located in the North Semarang Coast. The objective of this research is to describe dynamic environmental changes in Kaligarang Delta based on grain size, organic and inorganic matters analyzes from ninety samples. The results indicated that two conditions occurred: low-energy-suspension-load environment and tidal (turbulent) environment. Furthermore, the increase of organic and inorganic matters coincides with the grain size distribution. At depth 0-31-meter, organic matter increased that coincident with silt grain size. At depth 32-45 meter the lithology shows interspersed of silt and sand.
GEOKIMIA BATUGAMPING DAERAH MONTONG, TUBAN, JAWA TIMUR Ahmad Widia Santika; Dedi Mulyadi
JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol 27, No 2 (2017)
Publisher : Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2024.573 KB) | DOI: 10.14203/risetgeotam2017.v27.493

Abstract

Kabupaten Tuban memiliki material bahan baku utama semen yang melimpah, yaitu batugamping. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kualitas dari batugamping di daerah Tuban untuk bahan baku semen. Kandungan kimia batugamping kami analisa dengan menggunakan X-RD, AAS dan X-RF. Metode X-RD digunakan untuk menentukan komposisi mineral dari batuan. AAS dan X-RF digunakan untuk menentukan kandungan mineral utama batuan. Hasil analisis menunjukkan adanya dua jenis batugamping berdasarkan kandung kimiawi mineralnya, yaitu batugamping  terumbu Formasi Paciran dan batugamping klastik Formasi Bulu. Batugamping terumbu Formasi Paciran memiliki kandungan CaO yang tinggi dan MgO yang rendah, sedangkan batugamping klastik Formasi Bulu memiliki kandungan CaO yang sedang – tinggi dan MgO yang tinggi juga. Berdasarkan atas komposisi geokimianya tersebut, batugamping terumbu Formasi Paciran sangat baik sebagai bahan baku semen. Hal tersebut juga dibuktikan dengan hasil X-RD yang menunjukkan kandungan mineral kalsit dominan. Sementara batugamping klastik Formasi Bulu didominasi oleh kandungan mineral dolomit.Tuban Regency has the main materials source for cement in the abundance of limestones. The purpose of this study was to determine the quality of the limestone in the area. We analyzed the chemical contents of limestones using X-RD, AAS, and X-RF. The X-RD method was used to determine the mineral  composition of rocks. In addition, AAS and X-RF were used to determine the major mineral contents of rocks. We have found two types of limestones based on their different  mineral contents: the reef limestone of Paciran Formation and the clastic Bulu Formation. The  CaO content of reef limestone of Paciran Formation is high, and the MgO content is low. Clastic limestone of Bulu Formation has medium to high CaO content, and high MgO content. Therefore, based on its geochemichal composition, the limestones of Paciran Formation is a good raw material for cement. As evidenced by the results of X-RD that the mineral calcite is dominant in the limestones of Paciran Formation. Whereas the mineral dolomite is dominant in clastic limestone of Bulu formation.
CARBONATE BIOFACIES AND PALEOECOLOGY ANALYSIS BASED ON ACROPORA CORAL IN UJUNGGENTENG AREA, WEST JAVA PROVINCE, INDONESIA Wahyu Dwijo Santoso
JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol 27, No 2 (2017)
Publisher : Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1147.857 KB) | DOI: 10.14203/risetgeotam2017.v27.477

Abstract

Biofacies concept was proposed to approach the carbonate facies determination by using coral species description and ecology reconstruction. Ujunggenteng area was selected for this study because it has modern carbonate rocks with continues distribution and contains many well-preserved coral fossils. Ujunggenteng area can be distinguished into three biofacies: Acropora cervicornis – Acropora palifera biofacies, Acropora gemmifera – Acropora humilis biofacies, and Acropora cervicornis – Acropora palmata biofacies. The paleobathymetry analysis had indicated that Acropora cervicornis – Acropora palifera biofacies grew in the deepest environment, between 8 – 13 meters depth. Acropora gemmifera – Acropora humilis biofacies lived in a shallower environment between 3 – 8 meters depth, and Acropora cervicornis – Acropora palmata biofacies was deposited between 0 – 3 meters. The Mg/Ca trend showed a negative correlation with the paleobathymetry result. Decreasing Mg/Ca ratio was related to increasing paleobathymetry. Acropora cervicornis – Acropora palifera biofacies has the smallest Mg/Ca ratio, between 14 – 15 mmol. Acropora gemmifera – Acropora humilis biofacies has Mg/Ca ratio between 17 – 21 mmol.  Acropora cervicornis – Acropora palmata biofacies has the highest Mg/Ca ratio, between 23 – 24 mmol. Mg/Ca ratio value was related to paleotemperature, in which the decreasing of Mg/Ca ratio associated to decreasing paleotemperature.Konsep biofasies dipilih dan diajukan sebagai salah satu pendekatan untuk penentuan fasies karbonat. Daerah Ujunggenteng dipilih untuk studi ini karena daerah ini menunjukkan perkembangan batuan karbonat yang menerus dan fosil koral yang terawetkan dengan baik. Daerah Ujunggenteng dapat dibagi menjadi tiga biofasies, yaitu biofasies Acropora cervicornis – Acropora palifera, biofasies Acropora gemmifera – Acropora humilis biofacies, dan biofasies Acropora cervicornis – Acropora palmata. Analisis paleobatimetri menunjukkan bahwa biofasies Acropora cervicornis – Acropora palifera tumbuh di lingkungan yang paling dalam, yaitu 8 – 13 meter. Biofasies Acropora gemmifera – Acropora humilis hidup di lingkungan yang lebih dangkal, yaitu 3 – 8 meter, dan biofasies Acropora cervicornis – Acropora palmata terendapkan di lingkungan yang lebih dangkal, yaitu 0 – 3 meter. Analisis kadar Mg/Ca menunjukkan nilai yang berlawanan dengan paleobatimetri. Penurunan kadar Mg/Ca memiliki hubungan dengan peningkatan paleobatimetri. Biofasies Acropora cervicornis – Acropora palifera memiliki nilai kadar Mg/Ca paling rendah, yaitu 14 – 15 mmol. Biofasies Acropora gemmifera – Acropora humilis memiliki kadar Mg/Ca yang lebih tinggi dibandingkan dengan biofasies Acropora cervicornis – Acropora palifera, yaitu 17 – 21 mmol. Biofasies Acropora cervicornis – Acropora palmata menunjukkan nilai kadar Mg/Ca yang paling tinggi, yaitu 23 – 24 mmol. Kadar Mg/Ca memiliki hubungan dengan perubahan paleotemperatur. Penurunan kadar Mg/Ca berasosiasi dengan penurunan paleotemperatur.
STRUKTUR GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN DI GARUT SELATAN BERDASARKAN DATA ELEKTROMAGNETIK Eddy Zulkarnaini Gaffar
JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol 27, No 2 (2017)
Publisher : Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (747.265 KB) | DOI: 10.14203/risetgeotam2017.v27.450

Abstract

Penelitian struktur geologi dengan menggunakan metoda elektromagnetik telah dilakukan di lintasan yang memotong Jawa Barat bagian selatan untuk mempelajari struktur- struktur yang dipengaruhi oleh aktifitas subduksi. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak SSMT 2000, MT Editor, dan WinGLink. Model 2D yang dihasilkan memperlihatkan konfigurasi bawah permukaan yang terdiri dari blok-blok dengan nilai tahananjenis tertentu. Model tahananjenis daerah Garut Selatan memperlihatkan kehadiran batuan yang memiliki nilai tahananjenis <128 Ohm.m dengan ketebalan 2–3 km yang diinterpretasikan sebagai batuan sedimen Kuarter. Batuan ini menutupi batuan yang memiliki nilai tahananjenis 128–1024 Ohm.m yang kemungkinan adalah batuan sedimen Tersier. Unit batuan yang lebih dalam dan lebih resistif dengan tahanan jenis 1024–4096 Ohm.m diinterpretasikan sebagai batuan yang telah terkompaksi cukup kuat dan batuan beku. Blok batuan dengan nilai tahananjenis > 4096 Ohm.m diinterpretasikan sebagai batuan dasar dan batuan beku berumur pra-Tersier. Struktur yang berkembang adalah struktur sesar naik pada bagian selatan sebagai akibat penunjaman lempeng Samudera Hindia dari arah selatan. Ke arah utara berkembang sesar normal yang dapat diasosiasikan sebagai zona ektensi, serta dapat dikaitkan dengan potensi panas bumi di pegunungan selatan Pulau Jawa. Research on geological structures using electromagnetic method was conducted along a line that crossed the southern part of West Java to understand structures controlled by subduction process. Data processing was performed by using SSMT 2000, MT Editor, and WinGLink softwares. Results of 2D model reveal subsurface configuration that consists of blocks with different resistivity values. The subsurface model of Southern Garut shows a rock unit with resistivity <128 Ohm.m a and 2–3 km thick that may be interpreted as Quaternary sedimentary rocks. This unit covers the lower block with resistivity 128–1024 Ohm.m that possibly represents the Tertiary sedimentary rocks. The deeper layer with resistivity 1024–4096 Ohm.m is interpreted as strong compacted rocks and igneous rocks. A layer with resistivity >4096 Ohm.m is interpreted as pre-Tertiary bedrocks and igneous rocks. Structures developed in the Southern Garut consist of reverse faults that might be correlated to the subduction of Indian plate farther south. To the north, normal faults developed that are associated with extension zones, which can be related to geothermal potentials in the Java southern mountains of the Java Island.
POLA SEBARAN TIPE AIR BERDASARKAN KANDUNGAN ION UTAMA PADA AIRTANAH DANGKAL DI INDRAMAYU, JAWA BARAT Anna Fadliah Rusydi; Sudaryanto Martosuparno; Rizka Maria
JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol 27, No 2 (2017)
Publisher : Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1250.63 KB) | DOI: 10.14203/risetgeotam2017.v27.488

Abstract

Topografi daerah Indramayu merupakan dataran rendah hingga pantai, yang secara geologi terbentuk akibat endapan sungai. Indramayu merupakan daerah sub-urban yang diprediksi akan berkembang menjadi wilayah urban seiring dengan perkembangan Ibu Kota Jakarta. Perkembangan wilayah akan berdampak pada peningkatan kebutuhan air bersih yang saat ini salah satu sumbernya berasal dari airtanah dangkal. Kondisi airtanah dangkal di lokasi ini merupakan hal yang menarik untuk dikaji karena datarannya terbentuk pada lingkungan laut, sehingga memungkinkan airtanah tercemar oleh airlaut yang terjebak di kala pembentukan daratan. nalisis kualitas airtanah dangkal telah dilakukan terhadap 33 conto yang diambil mulai dari Jatibarang hingga pantai utara Indramayu. Dari hasil analisis kimia air di laboratorium dilakukan pembahasan khusus untuk ion-ion utama yang dihubungkan dengan kondisi lingkungannya. Kandungan TDS, Cl-, dan Ca2+ menunjukkan klasifikasi airtanah di wilayah penelitian didominasi oleh tipe air tawar, agak payau, air agak asin. Klasifikasi tersebut secara geologi berada pada dataran endapan banjir dengan susunan batuan lempung pasiran, pasir lempungan, dan endapan.Indramayu is located at lowland and coastal zones, which had been geologically formed from river deposits. Indramayu is a sub-urban, which is predicted to develop into an urban area, along with the growth of Jakarta as the capital city. The regional development will cause an increasing demand for clean water, which one of the primary current sources is shallow groundwater. The shallow groundwater conditions in this location are an interesting subject to study, due to its terrain was formed from a marine environment. Therefore,  groundwater might be contaminated by seawater trapped in land formation. This paper deliberates on classification and seawater contamination of shallow groundwater. Groundwater quality analysis has been done for 33 samples taken from Jatibarang region to north coast of Indramayu. Moreover, we analyzed in detail and extensive on major ions in the samples associated with environmental conditions. The contents of TDS, Cl-, and Ca2+ were indicated that the groundwater is dominated by freshwater, slightly brackish, and somewhat saline. That classified groundwater is located in river deposition, which consists of sandy loam, loamy sand, and sediments.  
ASSESSMENT MODEL FOR DETERMINING SOIL ERODIBILITY FACTOR IN LOMBOK ISLAND Muhammad Rahman Djuwansah; Asep Mulyono
JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol 27, No 2 (2017)
Publisher : Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (761.789 KB) | DOI: 10.14203/risetgeotam2017.v27.417

Abstract

One of soil parameters that affects the rate of erosion is the soil erodibility. Soil erodibility studies had been conducted in one of the watershed of Lombok in 2015. The tests were carried out for five soil profiles by taking samples from each layers. Samples were analyzed for particles sizes and organic matter contents. The analysis was performed using two assessment models of soil erodibility, the Universal Soil Loss Equation (USLE) and Erosion Productivity Impact Calculator (EPIC) models. Obtained soil erodibility (K factors) values varied from 0.07 to 0.74 for USLE models and 0.18 to 0.46 for EPIC models. Statistical similarity (R) test resulted R=-0.28*10-19. It has indicated that there was no statistical difference between the results of both methods. The older volcanic rocks give a high erodibility factor. In this study, vertisols soils show a higher erodibility factor than other volcanic rocks, such as inceptisols, andisols and entisols soil. Lower soil organic matter and clay contents are the factors that influence high soil erodibility.Salah satu parameter tanah yang sangat berpengaruh terhadap besarnya erosi adalah faktor erodibilitas tanah. Studi erodibilitas tanah telah dilakukan di salah satu DAS di Pulau Lombok dengan uji lapangan. Uji lapangan dilakukan pada 5 profil tanah dan pengambilan sampel pada setiap lapisan untuk uji laboratorium terhadap kandungan partikel pasir, debu, liat dan bahan organik tanah. Analisis dilakukan menggunakan 2 model prediksi erodibilitas tanah yaitu model Universal Soil Loss Equation (USLE) dan Erosion Productivity Impact Calculator (EPIC). Nilai erodibilitas tanah dengan model USLE berkisar 0.07-0.74 dan 0.18-0.46 dengan model EPIC. Analisis statistik dengan tes R menghasilkan R=-0,28*10-19 yang menandakan nilai K yang diperoleh oleh kedua metode tidak berbeda. Endapan batuan vulkanik yang lebih tua di wilayah studi menghasilkan tingkat erodibilitas yang tinggi. Jenis tanah vertisols yang berasal dari endapan batuan volkanik tua menghasilkan tingkat erodibilitas tanah yang lebih tinggi dibandingkan jenis tanah lain yang terbentuk dari endapan batuan vulkanik seperti tanah inceptisols, andisols dan entisols. Semakin rendahnya kandungan bahan organik dan liat dalam tanah mengakibatkan semakin tingginya erodibilitas tanah.
HIDROGEOKIMIA AIRTANAH TIDAK TERTEKAN DI PESISIR BARAT KABUPATEN SERANG DAN PANDEGLANG, PROVINSI BANTEN Sudaryanto Martosuparno; Wilda Naily; Rizka Maria
JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol 27, No 2 (2017)
Publisher : Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1028.074 KB) | DOI: 10.14203/risetgeotam2017.v27.466

Abstract

Proses hidrogeokimia terjadi karena interaksi antara airtanah dengan air laut. Proses tersebut akan mempengaruhi komposisi kimia di lingkungan pesisir. Untuk mengetahui seberapa jauh interaksi tersebut telah terjadi, dilakukan analisis tipe air berdasarkan jumlah anion dan kation yang paling dominan, dan analisis nisbah ion-ion utama. Pengambilan conto dilakukan di 38 lokasi conto air di pesisir barat Kabupaten Serang dan Pandeglang. Hasil penelitian menunjukkan tipe air didominasi oleh Ca(HCO3)2 55,26%, NaHCO3 39,47%, Ca(SO4)2 2,63% and NaMix 2,63%. Sementara hasil analisis nisbah ion utama Na+/Cl-, Ca2+/Mg2+, dan Ca2+/SO42- mengindikasikan bahwa telah terjadi pencemaran air laut di beberapa dataran alluvial pesisir Pandeglang. Pada sebagian besar pesisir barat Serang dan Pandeglang sedang terjadi proses pencemaran atau intrusi air laut. Occurrence of hydrogeochemical process is due to the interaction between groundwater and sea water. The process will affect the chemical composition in the coastal environment. To find out how far the interaction has taken place, the water type was analysed based on the amount of most dominant anion and cation, and also the major ions ratios. The samplings were conducted in 38 locations on the west coast of Serang and Pandeglang Regencies. Results showed that the water type was dominated by Ca(HCO3)2 55,26%, NaHCO3 39,47%, Ca(SO4)2 2,63% and NaMix 2,63%. While the results of major ion analysis of Na+/Cl-, Ca2+/Mg2+, and Ca2+/SO42- indicated that there has been the sea water pollution in some coastal alluvial plains of Pandeglang. In addition, the process of pollution or sea water intrusion has been occurring on most of the west coast of Serang and Pandeglang.
ANALISIS KESTABILAN LERENG BATU DI JALAN RAYA LHOKNGA KM 17,8 KABUPATEN ACEH BESAR Ibnu Rusydy; Nafisah Al-Huda; Khaizal Jamaluddin; Devi Sundary; Gartika Setiya Nugraha
JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol 27, No 2 (2017)
Publisher : Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (926.66 KB) | DOI: 10.14203/risetgeotam2017.v27.452

Abstract

Penelitian kestabilan lereng batuan menggunakan metode analisis kinematik lereng dan klasifikasi massa batuan dilakukan di lereng pinggir jalan Banda Aceh – Calang di Km 17,8 di Kecamatan Lhoknga Kabupaten Aceh Besar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis longsoran yang akan terjadi di masa yang akan datang, menilai kualitas massa batuan pembentuk lereng, dan tingkat kestabilannya berdasarkan klasifikasi SMR. Akuisisi data struktur massa batuan dilakukan di sepanjang lereng menggunakan metode scanline. Data yang diambil berupa arah kemiringan bidang diskontinuitas, arah bidang, dan kondisi bidang diskontinuitas bidang berupa kemenerusan, kekasaran, bukaan, isian, luahan air dan tingkat perlapukan. Analisis kinematik lereng didapatkan berdasarkan hasil proyeksi stereografi dan analisis kualitas serta kestabilan lereng batuan berdasarkan parameter RMR dan SMR. Hasil analisis kinematik lereng menunjukkan jenis longsoran yang akan terjadi di lereng 1 berupa longsoran  baji dan planar. Di lereng 2 dimungkinkan terjadinya longsoran gulingan/toppling karena bidang joint set yang berlawanan dengan arah lereng. Nilai RMR di lereng 1 sebesar 63 dengan kategori batuan Bagus dan RMR lereng 2 sebesar 57 kategori batuan sedang. Nilai SMR terendah di lereng 1 sebesar 29 (kategori Buruk) untuk longsoran planar dan 53 (kategori Sedang) di lereng 2 longsoran gulingan. Lereng 1 memiliki probabilitas kejadian longsor planar sebesar 60%.Rock slope stability was assessed using the slope kinematic analysis method and rock mass classification on the roadside slope of Banda Aceh - Calang at 17.8 Km in Lhoknga Sub-district, Aceh Besar District. This study aims to determine the types of landslides that will occur in the future by determining the Rock Mass Rating (RMR) and analyzing stability based on the Slope Mass Rating (SMR). The data acquisition of rock mass structures performed the scan line method along the slope. The data taken are the dip and the strike of the discontinuity plane, and the conditions of discontinuity in the form of persistence, aperture, roughness, infilling, weathering and Groundwater conditions. Slope kinematic analysis was conducted based on stereographic projection and analyses of both rock slope quality and stability were based on RMR and SMR parameters. The result of the slope kinematic analysis shows that landslides that occur in slope 1 will be in wedge and planar forms. On slope 2, possible failure is in the form of toppling due to the joint set positioned opposite to the slope direction. The RMR value in slope 1 is 63, categorized as Good rock and the RMR in slope 2 is 57, which is in the medium rock category. The lowest SMR value in slope 1 was 29 as a Bad class for planar failure, and 53 as a Normal category in slope 2 is toppling failure. Slope 1 has a 60 % probability of a planar failure event.

Page 1 of 1 | Total Record : 10